Sebanyak Enam Pasang Bakal Berebut Kursi DKI 1
Jakarta: Hingga hari terakhir pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, baru tiga pasangan yang mendaftar. Kabarnya bakal ada enam pasang yang berebut singgasana DKI1. Sejumlah partai juga masih tarik ulur menentukan dukungan pada calon yang diusung.
Pemilukada di Ibukota Jakarta pada tahun ini berbeda dibanding pemilihan Gubernur DKI pada lima tahun lalu. Pemilukada kaliini diprediksi bakal lebih semarak, setidaknya dari jumlah pasangan. Lima tahun lalu, warga DKI hanya disodori dua pasangan.
Pada tahun ini, sedikitnya enam pasang cagub dan cawagub akan bertarung memperebutkan singgasana DKI1.
Bahkan hingga hari terakhir masa pendaftaran, tercatat baru tiga pasangan yang sudah mendaftar. Mereka adalah Faisal Basri-Biem Benyamin dan Hendardji Supandji-Riza Patria dari jalur independen, serta Alex Noerdin-Nono Sampono yang diusung Partai Golkar dan PPP. Tarik ulur dukungan partai terjadi dalam penentuan bakal calon. Misalnya Partai Damai Sejahtera (PDS) yang memiliki empat kursi di DPRD DKI, sebagian pengurusnya mendukung pasangan Alex Noerdin-Nono Sampono. Namun kubu lain PDS memilih bergabung dengan Partai Demokrat, PAN, Hanura dan PKB mengusung Sang Incumbent Fauzi Bowo. Hingga Senin (19/3) pagi belum ada kata sepakat siapa yang bakal mendampingi Fauzi Bowo.
PDI-Perjuangan yang berkoalisi dengan Gerindra akhirnya mengusung Walikota Solo Joko Widodo. Meski belum ada kesepakatan siapa calon pendamping Joko, nama mantan Bupati Belitung Basuki Cahaya Purnama alias Ahok sudah digadang-gadang.
Jika tidak ada perubahan, Partai Keadilan Sejahtera yang meraih 18 kursi DPRD pada pemilu lalu bakal mengusung calonnyasendiri. Nama Hidayat Nurwahid dan Triwisaksana disebut-sebut akan menempati posisi calon gubernur.
Baik kubu Demokrat, PDIP maupun PKS memilih pendaftaran pasangan cagub-cawagub DKI sebelum penutupan pukul 24.00 WIB. Meskikemungkinannya kecil, tapi bisa saja perubahan komposisi dan peta koalisi akan terjadi pada menit-menit akhir pendaftaran.
Jika pada akhirnya muncul enam pasangan cagub dan cawagub, maka warga DKI memiliki banyak alternatif pilihan dibanding pemilukada lima tahun lalu. Warga bisa menentukan siapa di antara pasangan itu yang paling mampu menuntaskan berbagai problema Jakarta, termasuk soal kemacetan dan banjir.
Pemilukada di Ibukota Jakarta pada tahun ini berbeda dibanding pemilihan Gubernur DKI pada lima tahun lalu. Pemilukada kaliini diprediksi bakal lebih semarak, setidaknya dari jumlah pasangan. Lima tahun lalu, warga DKI hanya disodori dua pasangan.
Pada tahun ini, sedikitnya enam pasang cagub dan cawagub akan bertarung memperebutkan singgasana DKI1.
Bahkan hingga hari terakhir masa pendaftaran, tercatat baru tiga pasangan yang sudah mendaftar. Mereka adalah Faisal Basri-Biem Benyamin dan Hendardji Supandji-Riza Patria dari jalur independen, serta Alex Noerdin-Nono Sampono yang diusung Partai Golkar dan PPP. Tarik ulur dukungan partai terjadi dalam penentuan bakal calon. Misalnya Partai Damai Sejahtera (PDS) yang memiliki empat kursi di DPRD DKI, sebagian pengurusnya mendukung pasangan Alex Noerdin-Nono Sampono. Namun kubu lain PDS memilih bergabung dengan Partai Demokrat, PAN, Hanura dan PKB mengusung Sang Incumbent Fauzi Bowo. Hingga Senin (19/3) pagi belum ada kata sepakat siapa yang bakal mendampingi Fauzi Bowo.
PDI-Perjuangan yang berkoalisi dengan Gerindra akhirnya mengusung Walikota Solo Joko Widodo. Meski belum ada kesepakatan siapa calon pendamping Joko, nama mantan Bupati Belitung Basuki Cahaya Purnama alias Ahok sudah digadang-gadang.
Jika tidak ada perubahan, Partai Keadilan Sejahtera yang meraih 18 kursi DPRD pada pemilu lalu bakal mengusung calonnyasendiri. Nama Hidayat Nurwahid dan Triwisaksana disebut-sebut akan menempati posisi calon gubernur.
Baik kubu Demokrat, PDIP maupun PKS memilih pendaftaran pasangan cagub-cawagub DKI sebelum penutupan pukul 24.00 WIB. Meskikemungkinannya kecil, tapi bisa saja perubahan komposisi dan peta koalisi akan terjadi pada menit-menit akhir pendaftaran.
Jika pada akhirnya muncul enam pasangan cagub dan cawagub, maka warga DKI memiliki banyak alternatif pilihan dibanding pemilukada lima tahun lalu. Warga bisa menentukan siapa di antara pasangan itu yang paling mampu menuntaskan berbagai problema Jakarta, termasuk soal kemacetan dan banjir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar