Kamis, 05 April 2012

Marzuki: Anggota DPR Kaya Tak Punya Sensitivitas

Ketua DPR RI Marzuki Alie
MEDIA INFORMASI , JAKARTA - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie menyatakan, alangkah baiknya jika pemilu dilakukan dengan sistem tertutup. Sistem pemilu terbuka, kata dia, hanya memberi peluang kepada calon anggota legislatif yang punya banyak uang untuk duduk di kursi parlemen. Sistem pemilu tertutup, menurut Marzuki, memberi ruang bagi partai untuk melakukan kaderisasi dengan memilih kader mana yang pantas berada di parlemen.

"Dalam pandangan pribadi saya, tertutup saja. Tapi, pada maunya terbuka. Sebagai pribadi, saya berhak bersuara. Karena tanpa proses kaderisasi, ya seperti sekarang. Umumnya orang-orang kaya sensitivitas rakyat tidak ada. Kalau ada seleksi di partai dan terukur ya tidak begini," tutur Marzuki di DPR RI, Jakarta, Kamis (5/4/2012). Ia menyampampaikan ini menanggapi perkembangan pembahasan Rancangan Undang-Undang Pemilu yang tengah berlangsung di DPR.

Sistem pemilu legislatif tertutup berarti calon anggota legislatif dipilih berdasarkan nomor urut yang telah ditentukan partai. Pemilih cukup mencontreng partai politik saja. Selanjutnya, partai yang akan menentukan siapa yang akan duduk di parlemen. Sementara, dalam sistem pemilu terbuka pemilih langsung memilih calon anggota legislatif. Suara terbanyak berhak mendapat kursi parlemen.

Menurut Marzuki, sistem pemilu terbuka juga cenderung membuat arus keuangan partai menjadi boros. Jika tertutup, partai bisa mengontrol uang yang dipakai dalam pemilu, karena pembiayaan kampanye jelang pemilu akan dikeluarkan dari partai bukan kader yang maju dalam bursa pemilihan.

"DPR ini diisi oleh orang-orang yang punya uang. Kaderisasi partai sangat diperlukan. Kalau mereka enggak bagus partai bisa menarik, kalau sekarang kan enggak bisa karena alasannya pemilu ini dipilih langsung," sambungnya.

Dalam pembahasan RUU Pemilu ini Marzuki juga mengeluhkan sejumlah anggota dewan yang susah diatur. Ia berharap ketika isi rancangan undang-undang ini dikerucutkan sesuai kesepakatan, anggota dewan lebih tertib dalam rapat."Sebagai Ketua DPR saya melihat fenomena di DPR betapa sulitnya mengatur anggota. Di paripurna lihat saja, saya minta diam, malah ngomong semua. Jadi kadang kala aneh juga, semua mau ngomong," jelasnya.